Islamic
Center of Washington, Masjid terbesar di Washington DC, tidak hanya
menjadi destinasi favorit pengunjung dan warga Muslim setempat, tapi
juga bagi banyak non-Muslim yang datang untuk menimba pengetahuan
tentang agama Islam.
"Kami
berusaha menyebarkan pengetahuan Islam seperti yang diajarkan oleh
kitab suci Al Quran, melalui kebijaksanaan dan bimbingan yang baik,"
ujar Imam Abdullah M. Khiuj, direktur Islamic Center, kepada
IslamOnline.net.
Masjid
bersejarah itu, yang berlokasi di dekat jantung kota Washington di
Massachusetts Avenue, adalah destinasi bagi orang-orang non-Muslim baik
yang dari Amerika maupun luar untuk ikut serta dalam tur Masjid.
"Setiap hari kami menerima sekitar 10 hingga 600 pengunjung," ujar Imam Khouj.
Beberapa
dari tur itu diadakan untuk para pejabat Departemen Luar Negeri yang
akan ditugaskan di dunia Muslim atau untuk para pelajar yang akan
belajar di negara Muslim.
"Mereka
datang ke Islamic Center dan kami memberi mereka ceramah dan seminar
mengenai situasi di Timur Tengah dan apa yang akan dihadapi serta
bagaimana berperilaku di sebuah negara Muslim," jelas Imam Khouj.
Islamic Center ini adalah Masjid tertua di wilayah Metropolitan Washington.
"Pembangunan Masjid ini dimulai tahun 1947 dan dibuka untuk publik tahun 1952," ujar sang imam.
Ketika dibuka, Masjid ini menjadi tempat ibadah kaum Muslim yang terbesar di wilayah Barat.
Khouj
mengatakan bahwa ide pembangunan Masjid pertama kali muncul di tahun
1944, ketika tidak ada satu Masjid pun di ibukota AS ini.
"Masjid itu adalah upaya kolaboratif dari kaum Muslim di sini dan duta besar-duta besar dari negara-negara Islam," jelasnya.
"Pada
saat itu mereka sedang berada di upacara pemakaman seorang duta besar
Turki di mana mereka membahas kemungkinan memiliki sebuah tempat bagi
kaum Muslim untuk mempraktikkan ajaran agamanya dan itulah bagaimana
Masjid ini berdri."
Islamic
Center itu dikelola oleh dewan direktur yang terdiri atas semua duta
besar dari negara-negara Muslim yang dipercaya oleh AS.
Selama
tur, pengelola Masjid juga memberikan informasi tentang Islam,
ajarannya, dan Nabi Muhammad serta menjawab berbagai pertanyaan dari
pengunjung yang penasaran.
"Banyak
yang menanyakan status Yesus Kristus dalam Islam, dan saya jawab bahwa
kau tidak bisa menjadi seorang Muslim sejati jika kau tidak meyakini
Yesus," ujar Abbassie Koroma, koordinator kunjungan kelompok.
"Yang
lainnya menanyakan jika Islam bersifat toleran dan penuh damai lalu
mengapa banyak Muslim yang menjadi teroris. Saya menjawab bahwa Islam
tidak ada hubungannya dengan perilaku buruk individu."
Koroma
berbicara setelah menyelesaikan sebuah tur untuk sekelompok pelajar
dari sekolah Minggu Kristen yang mendengarkan dengan penuh seksama saat
ia membahas lima rukun Islam dan apa artinya menjadi seorang Muslim.
"Kami
datang ke sini karena saya ingin para murid memahami kaum Muslim dan
agama mereka," ujar Tom Clumet dari sekolah Minggu itu.
Dean,
salah satu murid, bergabung dengan tur itu karena sahabatnya adalah
seorang Muslim dan ia ingin tahu lebih jauh tentang agama sahabatnya
itu.
Ia terkesima ketika mendengar berbagai penjelasan yang diberikan.
"Informasi yang saya peroleh sangat berguna. Kini saya merasa telah tahu lebih banyak tentang Islam."
Seperti Masjid-masjid lainnya di seluruh AS, Islamic Center ini juga menawarkan berbagai jenis layanan bagi komunitas lokal.
"Tempat ini adalah pusat bagi setiap Muslim yang ada di wilayah ini," ujar Khouj.
"Kami mencoba untuk menjadi Islamic Center yang edukasional, kultural, dan sosial di samping sebagai tempat yang relijius."
Masjid
tersebut memiliki sebuah perpustakaan yang sangat besar dengan berbagai
buku tentang Islam serta kelas-kelas untuk pelajaran bahasa Arab, Al
Quran, hukum Islam, dan subyek-subyek relijius lainnya.
"Sayangnya
lahan yang tersedia tidak memungkinkan bagi kami untuk membangun sebuah
sekolah di sini, namun kami berhasil membuka beberapa kelas pada hari
Sabtu dan Minggu untuk murid-murid kelas enam."
Masjid ini juga terlibat dalam kehidupan sosial komunitas dan mencoba memecahkan beberapa dari persoalan yang mereka hadapi.
"Kami
memberikan konseling pernikahan, kami membantu orang-orang memahami
prosedur pemakaman dan penguburan, kami mencoba membantu orang-orang
yang belum menikah untuk mencari pendamping hidup," ujar Imam Khouj.
"Kami membeli sebuah lahan pemakaman yang tersedia bagi kaum Muslim secara gratis, karena biaya pemakaman di AS sangat mahal."
Namun, layanan yang paling dibanggakan oleh Islamic Center ini adalah program dakwahnya.
"Kami menerima banyak orang yang masuk Islam di sini setiap bulannya," ujar Imam Khouj.
"Kami
mengadakan seminar bagi para mualaf yang, demi untuk menjadi terlibat
dengan agama barunya, harus memiliki pemahaman dan visi yang jelas dan
tidak hanya sekedar mengikuti metode-metode tertentu."
Direktur Islamic Center ini juga menambahkan bahwa program outreach mereka telah meluas hingga ke luar Masjid.
"Kami
memiliki partisipan yang membantu kami mengirimkan buku-buku ke
institusi di seluruh AS, terutama di penjara-penjara di mana banyak
orang yang ingin tahu tentang Islam," ujarnya.
"Dan
kami menerima sejumlah surat dari para petugas penjara yang berterima
kasih karena setelah masuk Islam perilaku para tahanan itu berubah dan
mereka menjadi manusia yang lebih baik."
Khouj mempercayai bahwa membantu menyebarkan pesan Islam adalah peran utama dari setiap Masjid.
"Kami mengirim banyak orang ke sekolah-sekolah, organisasi, dan penjara untuk memberikan ceramah tentang Islam."
"Kami berusaha keras untuk berpegang pada agama kami dan mewakili Islam sebagaimana ia seharusnya diwakili."
No comments:
Post a Comment